Wednesday, May 1, 2013

Makna Leksikal dan Makna Gramatikal


Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
1.     Makna Leksikal

Didalam buku pengantar SEMANTIK Bahasa Indonesia. Menurut Chaer (2009:60) menyatakan, “Makna Leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna.” Kalau leksikon kita samakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang berifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata.Dapat pula dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil kehidupan kita.

Contohnya, kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat Tikus itu mati diterkam kucing atau dalam kalimat Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus. Kata tikus pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam makna leksikal karena tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada seorang manusia, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus.
Dilihat dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa makna leksikal dari suatu kata adalah gambaran yang nyata  tentang suatu konsep seperti yang dilambangkan kata itu. Makna Leksika suatu kata sudah jelas bagi seorang bahasawan tanpa kehadiran kata itu dalam suatu konteks kalimat. Berbeda dengan makna yang bukan makna leksikal, yang baru jelas apabila berada dalam konteks kalimat atau satuan sintaksis lain. Tanpa konteks kalimat dan konteks situasi jika kita mendengar kata bangsat maka yang terbayang di benak kita adalah jenis binatang penghisap darah yang disebut juga kata busuk atau kepinding. Jika kita mendengar kata memotong maka yang terbayang dalam benak kita adalah pekerjaan untuk memisahkan atau menceraikan yang dilakukan dengan benda tajam. Tetapi kata bangsat yang berarti penjahat dan kata memotong yang berarti mengurangi baru akan terbayang dalam benak kita apabila kata-kata tersebut dipakai di dalam kalimat. Misalnya dalam kalimat Dasar bangsat uangku disikatnya juga dan kalimat kalau mau memotong gajiku sebaiknya bulan depan saja.
Semua kata dalam bahasa Indonesia bermakna Leksikal? Tentu saja tidak. Kata-kata yang dalam gramatikal disebut kata penuh (full word) seperti kata meja, tidur, dan cantik memang memiliki makna leksikal, tetapi yang disebut kata tugas (function word) seperti kata dan, dalam, dan karena tidak memilii makna leksikal.
Didalam buku Linguistik Umum. Menurut Chaer (2007:289) menyatakan, “Makna Leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun.” Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’, pinsil bermakna leksikal ‘sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang’, air bermakna leksikal ‘sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari’. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai  dengan hasil observasi oanca indera kita, atau makna apa adanya.

2.    Makna  Gramatikal

Menurut Chaer (2009:62) Menyatakan, “Makna Gramatikal  adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.” Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh  adik melahirkan makna  ’ dapat’  dan dalam kalimat ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal  ‘ tidak sengaja’.
                   Proses Reduplikasi seperti kata  buku yang bermakna ‘ sebuah buku’ menjadi buku-buku yang bermakna ‘ banyak buku’  bahasa inggris untuk menyatakan ‘ jamak’ menggunakan penambahan morfem (s) atu menggunakan bentuk khusus. Misalnya booksebuah buku’ menjadi books yang bermakna ‘ banyak buku’ ; kata women yang bermakna ‘ seorang wanita’ menjadi womens yang bermakna ‘banyak wanita’.  Penyimpangan makna dan bentuk-bentuk gramatikal yang sama lazim juga terjadi dalam berbagai bahasa, Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk-bentuk kesedihan, ketakutan, kegembiraan dan kesenangan memiliki makana gramatikal yang sama, yaitu hal yang disebut kata dasarnya. Tetapi bentuk atau kata kemaluan yang bentuk gramatikalnya sama dengan deretan kata di atas, memiliki makna yang lain. Contoh kata lain, kata menyedihkan, menakutkan, dan mengalahkan memiliki makna gramatikal yang sama yaitu ‘membuat jadi yang disebut kata dasarnya’. Tetapi kata memenangkan dan menggalakkan yang dibentuk dari kelas kata dan imbuhan yang sama dengan ketiga kata di atas, tidak memiliki makna seperti ketiga kata tersebut, sebab bukan bermakna’ membuat jadi menang’ membuat jadi galak’ melaikan bermakna ‘memperoleh kemenangan’ dan menggiatkan’.
Proses Komposisi atau proses penggabungan dalam bahasa Indonesia juga banyak melahirkan makna gramatikal.  Makna Gramatikal komposisi sate ayam tidak sama dengan komposisi sate Madura. Yang pertama menyatakan ‘ asal bahan’ dan yang kedua menyatakan ‘asal tempat’ . Begitu juga komposisi anak asuh tidak sama maknanya dengan komposisi orang tua asuh. Yang pertama bermakna ‘ anak yang diasuh’ sedangkan yang akedua bermakna ‘orang tua yang mengasuh’.

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Lingustik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.



Friday, March 15, 2013

semantik


Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
1.      Makna Leksikal

Makna Leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dar bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang berifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata.Dapat pula dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil kehidupan kita.

Contohnya, kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat Tikus itu mati diterkam kucing atau dalam kalimat Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus. Kata tikus pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam makna leksikal karena tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada seorang manusia, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus.



2.      Makna  Gramatikal

Makna Gramatikal  adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.
            Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh  adik melahirkan makna  ’ dapat’  dan dalam kalimat ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal  ‘ tidak sengaja’.
            Proses Reduplikasi seperti kata  buku yang bermakna ‘ sebuah buku’ menjadi buku-buku yang bermakna ‘ banyak buku’  bahasa inggris untuk menyatakan ‘ jamak’ menggunakan penambahan morfem (s) atu menggunakan bentuk khusus. Misalnya book ‘ sebuah buku’ menjadi books yang bermakna ‘ banyak buku’ ; kata women yang bermakna ‘ seorang wanita’ menjadi womens yang bermakna ‘banyak wanita’.
Proses Komposisi atau prosekan makna grs penggabungan dalam bahasa Indonesia juga banyak melahirkan makna gramatikal.  Makna Gramatikal komposisi sate ayam tidak sama dengan komposisi sate Madura. Yang pertama menyatakan ‘ asala bahan’ dan yang kedua menyatakan ‘asal tempat’ . Begitu juga komposisi anak asuh tidak sama maknanya dengan komposisi orang tua asuh. Yang pertama bermakna ‘ anak yang diasuh’ sedangkan yang akedua bermakna ‘orang tua yang mengasuh’.